-->
Alat Perang Ala Archimedes
Saat
ini Romawi adalah kerajaan dengan banyak pejabatnya korup. Di Mediteranian,
sekarang Tunisia, dan kota Carthage, muncul dan menjadi penguasa dengan koloni
meliputi wilayah sepanjang pantai Afrika sampai Spanyol. Romawi merasa iri hati
dan menyerbu. Dua kali serangan yang disebut dengan perang Punic, mampu
menaklukkan Carthage. Tetapi tidak lama kemudian, Carthage mampu bangkit
kembali, sehingga memaksa Romawi kembali melancarkan serangan, perang Punic
ketiga. Kali ini, tentara Romawi tidak memberi ampun lagi. Begitu dapat
menaklukkan, mereka menghancurkan kota dan membunuhi para penghuninya (146 SM).
Di atas adalah latar belakang terjadinya perang Punic. Selama perang Punic ini, Romawi mengirim pasukan di bawah komando Claudius Marcellus pada tahun 214 SM untuk menyerang Syracuse. Alasan utamanya adalah karena raja Syracuse menjalin hubungan dengan Carthage; alasan lain, tentara Romawi selalu dapat menaklukkan wilayah kecil dengan mudah. Tentara Romawi menyerbu Syracuse dari segala penjuru, daratan dan lautan, terhadang oleh rekayasa sains; tidak canggih namun cerdik. Penduduk Syracuse sudah diajari bagaimana menggunakan tuas (lever) dan berbagai macam bentuk pelontar, dan mereka menerapkan kemampuan ini pada perang di darat maupun di laut. Tentara Romawi dipaksa mundur dan lari lintang-pukang di bawah hantaman “badai” batu dan panah yang dilontarkan oleh ketapel-ketapel buatan Archimedes. Belum lagi adanya serangan dari pelontar tali berisi peluru dan busur kecil (crossbow) yang menembakkan anak panah besi.
Di atas adalah latar belakang terjadinya perang Punic. Selama perang Punic ini, Romawi mengirim pasukan di bawah komando Claudius Marcellus pada tahun 214 SM untuk menyerang Syracuse. Alasan utamanya adalah karena raja Syracuse menjalin hubungan dengan Carthage; alasan lain, tentara Romawi selalu dapat menaklukkan wilayah kecil dengan mudah. Tentara Romawi menyerbu Syracuse dari segala penjuru, daratan dan lautan, terhadang oleh rekayasa sains; tidak canggih namun cerdik. Penduduk Syracuse sudah diajari bagaimana menggunakan tuas (lever) dan berbagai macam bentuk pelontar, dan mereka menerapkan kemampuan ini pada perang di darat maupun di laut. Tentara Romawi dipaksa mundur dan lari lintang-pukang di bawah hantaman “badai” batu dan panah yang dilontarkan oleh ketapel-ketapel buatan Archimedes. Belum lagi adanya serangan dari pelontar tali berisi peluru dan busur kecil (crossbow) yang menembakkan anak panah besi.
Serangan
pasukan Romawi lewat laut, hasilnya tidak jauh berbeda, hampir semua armada
kapal perang mereka hancur. Besi-besi besar dijatuhkan oleh pasukan Syracuse
lewat derek (crane) yang dibangun, mampu menenggelamkan kapal-kapal Romawi.
Derek lain digunakan mengangkat kapal-kapal Romawi dan pasukan-pasukan berebut
menyelamatkan diri dengan terjun ke laut. Masih ditambah dengan cermin
pembakar, maka lengkaplah “derita” kapal-kapal Romawi. Seorang tua menciptakan
cermin heksagonal dan di sela-sela cermin berukuran proporsional tersebut
dipasang empat cermin segi empat, digerakkan dengan besi yang dibentuk seperti
engsel jaman modern, diarahkan ke matahari. Berkas sinar yang dipantulkan oleh
cermin-cermin tersebut diarahkan ke kapal, menimbulkan api dan kapal terbakar.
Pengoperasian cermin dilakukan dari ketinggian di tengah kota oleh seorang
lelaki tua.
Siasat lain mulai dicari. Tentara Romawi mencoba membangun tembok di luar tembok kota, namun tidak pernah selesai dibangun. Muasalnya adalah derek dengan bandulan besi berputar mengelilingi kota Syracuse untuk menghancurkan tembok-tembok tersebut sekaligus menghalau pasukan Romawi yang akan maju. Gagal dengan serangan frontal, Marcellus menggunakan cara lain. Saat penduduk Syracuse merayakan kemenangan, diselimuti oleh gelapnya malam, dikirimlah mata-mata (Buku legendaris “Seni Berperang” Sun Tzu – hidup 500 SM, tentang penggunaan mata-mata, bab 13, bab terakhir, barangkali mengilhami atau barangkali ide dari perang Troya dengan taktik kuda Troya) untuk menghancurkan “monster-monster” ciptaan Archimedes dan membuka pintu gerbang kota. Perang berlangsung selama 3 tahun, sebelum Romawi dapat mengalahkan si kecil cerdik, Syracuse.
Siasat lain mulai dicari. Tentara Romawi mencoba membangun tembok di luar tembok kota, namun tidak pernah selesai dibangun. Muasalnya adalah derek dengan bandulan besi berputar mengelilingi kota Syracuse untuk menghancurkan tembok-tembok tersebut sekaligus menghalau pasukan Romawi yang akan maju. Gagal dengan serangan frontal, Marcellus menggunakan cara lain. Saat penduduk Syracuse merayakan kemenangan, diselimuti oleh gelapnya malam, dikirimlah mata-mata (Buku legendaris “Seni Berperang” Sun Tzu – hidup 500 SM, tentang penggunaan mata-mata, bab 13, bab terakhir, barangkali mengilhami atau barangkali ide dari perang Troya dengan taktik kuda Troya) untuk menghancurkan “monster-monster” ciptaan Archimedes dan membuka pintu gerbang kota. Perang berlangsung selama 3 tahun, sebelum Romawi dapat mengalahkan si kecil cerdik, Syracuse.
Apabila pada tahun-tahun sebelumnya,
penemuan-penemuan Archimedes selalu membuat pasukan Romawi frustrasi. Mereka
tidak dapat menaklukan Syracuse untuk dijadikan koloni. Alat-alat mekanik
ciptaan Archimedes selalu dapat mementahkan dan menghancurkan semua serangan
mereka. Salah satu kisah menarik adalah tentang Archimedes dalam perang ini
adalah menciptakan “cermin-cermin pembakar” yang mampu membakar kapal-kapal
Romawi dari kejauhan. Tahun 212 SM, Syracuse akhirnya jatuh ke tangan Romawi,
setelah terjadi penyusupan di malam hari.
Singkat kata, Marcellus dengan didampingi para
prajuritnya mendatangi pencipta alat yang membuat semua petaka bagi tentara
Romawi. Saat itu Archimedes sedang menggambar diagram di pasir. Pikiran dan
matanya hanya terpusat pada diagram-diagram yang digambarnya. Tidak
memperdulikan sekelilingnya. Marcellus dan prajurit pengikutnya diam mengamati
sampai akhirnya seorang prajurit kehilangan kesabaran. Seorang prajurit
Marcellus datang menghampiri dan memerintahkan agar Archimedes segera menghadap
komandan mereka, namun dia tidak menuruti perintah dan baru akan menghadap
setelah menyelesaikan problem dan memberikan pembuktiannya. Kesabaran prajurit
itu habis dan maju untuk menangkap Archimedes. “Jangan sentuh
lingkaran-lingkaran yang saya buat!” adalah teriakan terakhir Archimedes ketika
prajurit itu menginjak gambar diagram di atas pasir. Prajurit yang tidak diketahui
namanya itu marah, menghunus pedang dan membunuh Archimedes yang sudah berusia
75 tahun.
Tahukah Kamu?
Prinsip-prinsip fisika dan matematika diaplikasikan
oleh Archimedes baik untuk tujuan “mulia” – pompa ulir, untuk mengangkat air
dari tempat yang lebih rendah maupun untuk tujuan perang. Memang tidak dapat
dihindari bahwa suatu penemuan biasanya akan dipicu oleh suatu kebutuhan
mendesak. Cermin pembakar, derek (crane) untuk melontarkan panah dan batu atau
menenggelamkan kapal adalah penguasaan fisika Archimedes yang dapat dikatakan
luar biasa pada jamannya. Kontribusi penghitungan Л (pi) dari Archimedes
barangkali dapat disebut sebagai awal bagi para pengikut untuk meniru metode
yang dipakai untuk menghitung luas lingkaran. Terus memperbanyak jumlah segi
enam untuk menghitung besaran Л (pi) mengilhami para matematikawan berikutnya
bahwa adanya suatu ketidakhinggaan - seperti paradoks Zeno, dimana hal ini
mendorong penemuan kalkulus.
Berikan
saya tempat untuk berdiri dan saya akan mengangkat bumi”
(“Give me a place to stand on and I will move the earth”)
(“Give me a place to stand on and I will move the earth”)
Archimedes
Semoga
bermanfaat ^^
0 komentar:
Posting Komentar