Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

FF_POTRET NEGERIKU

Potret Negeriku


Ketika hujan lebat membasahi seluruh penjuru dunia, kota-kota menjadi gelap, dan lilin dengan senantiasa menemani. Terkadang aku datang bukan untuk mengganggu tapi mungkin kau mengganggapku pengganggu. Sebagian orang mungkin takut dan bersembunyi dibalik hangatnya selimut. Namun, aku hanya ingin mampir dan memotret negeriku.
Di sudut lain…
Gadis kecil mengenakan baju merah setiap hari dikelilingi sampah, berjalan menelusuri setiap sudut kota, bermodalkan lem dan gunting. Ketika ia mendapatkan sampah yang dianggap orang banyak suatu barang yang kotor, adalah mainan sehari-hariya. Dengan kreativitas yang dimilikinya, barang itu diubahnya menjadi barang yang setiap orang ingin memilikinya.  Dengan sampah ia dapat bertahan hidup didalam dunia yang kejam ini. Gadis kecil, seandainya aku bisa, sebenarnya aku ingin katakan kamu adalah orang yang hebat. Berharap suatu hari nanti dengan tangan-tangan kecilmu karyamu dapat menghiasi seluruh kota. Tak ada lagi sampah yang ada karya gadis kecil.
Saat banyak orang yang tidak peduli dengan nasib bumi ini. Sekelompok orang bertopi hijau tak kenal lelah berjalan kesana kemari mengumpulkan sampah yang berserakan di sepanjang sudut kota. Di saat orang-orang dengan bangganya membuang sampah sembarangan, masih ada tangan-tangan halus tak putus asa mengambil sembarang sampah. Seandainya aku bisa, sebenarnya aku ingin katakan kalian luar biasa. Orang-orang seperti kalianlah yang didambakan dunia.
Petir…”
“Ia langit”
“Kenapa kamu menangis?”
“Aku sedih langit, kedatanganku yang tidak sering, mengejutkanku
“Kenapa?”
“Ketika sesekali aku memotret negeriku, ternyata bukan keindahan yang kudapat. Banyak sampah-sampah berserakan dimana-mana. Aku malu langit, tapi aku senang karena masih ada orang-orang yang peduli
”Wahai petir, kita hanya bisa membantu semampu kita. Namun, kita bisa berdoa agar semua mereka peduli untuk menciptakan keindahan dan kebersihan di negeri ini.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar