Potret
Negeriku
Ketika
hujan lebat membasahi seluruh penjuru
dunia, kota-kota menjadi gelap, dan lilin dengan senantiasa
menemani. Terkadang aku datang bukan untuk mengganggu tapi mungkin kau
mengganggapku pengganggu. Sebagian orang mungkin takut dan bersembunyi dibalik
hangatnya selimut. Namun, aku hanya ingin mampir dan memotret negeriku.
Di sudut lain…
Gadis
kecil mengenakan baju merah setiap hari dikelilingi
sampah, berjalan menelusuri
setiap sudut kota, bermodalkan lem dan
gunting. Ketika ia mendapatkan sampah yang dianggap orang banyak suatu barang
yang kotor,
adalah mainan sehari-hariya. Dengan kreativitas
yang dimilikinya, barang itu diubahnya menjadi barang yang setiap orang ingin
memilikinya. Dengan
sampah ia dapat bertahan hidup didalam dunia yang kejam ini. Gadis
kecil, seandainya aku bisa, sebenarnya aku ingin katakan kamu adalah orang yang hebat. Berharap suatu hari nanti dengan tangan-tangan
kecilmu karyamu dapat menghiasi seluruh kota. Tak ada lagi sampah yang ada
karya gadis kecil.
Saat banyak orang yang tidak peduli dengan nasib bumi ini.
Sekelompok orang bertopi hijau tak kenal lelah berjalan kesana kemari mengumpulkan
sampah yang berserakan di sepanjang sudut kota. Di saat orang-orang dengan
bangganya membuang sampah sembarangan, masih ada tangan-tangan halus tak putus
asa mengambil sembarang sampah. Seandainya aku bisa, sebenarnya
aku ingin katakan kalian
luar biasa. Orang-orang seperti kalianlah yang didambakan
dunia.
Petir…”
“Ia
langit”
“Kenapa
kamu menangis?”
“Aku
sedih langit, kedatanganku yang tidak
sering, mengejutkanku”
“Kenapa?”
“Ketika sesekali aku memotret negeriku, ternyata bukan
keindahan yang kudapat. Banyak sampah-sampah berserakan dimana-mana. Aku malu
langit, tapi aku senang karena masih ada orang-orang yang peduli ”
”Wahai
petir, kita hanya bisa
membantu semampu kita. Namun, kita bisa berdoa agar semua mereka peduli untuk menciptakan keindahan dan kebersihan
di negeri ini.
0 komentar:
Posting Komentar